Sukses

HEADLINE: Prabowo Ingin Bentuk Klub Presiden RI, Bagaimana Peluangnya?

Sebagai presiden terpilih, Prabowo tidak hanya berkomitmen melanjutkan pemerintahan Jokowi saja, tetapi juga kepemimpinan presiden-presiden sebelumnya, baik SBY maupun Megawati.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Terpilih Prabowo Subianto ingin membentuk semacam 'Klub Presiden RI' yang mempertemukan dirinya, Presiden ke-7 RI Joko Widodo, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak. Menurut Dahnil, ide itu tercetus agar presiden Republik Indonesia yang saat ini masih ada tetap rutin bertemu dan berdiskusi tentang masalah-masalah strategis kebangsaan.

"Esensinya Pak Prabowo ingin para mantan presiden bisa tetap rutin bertemu dan berdiskusi tentang masalah-masalah strategis kebangsaan," kata Dahnil.

Dahnil mengatakan Prabowo juga ingin silatirahim para presiden RI terdahulu tetap terjaga. Hal itu pun bisa menjadi teladan bagi rakyat, dengan melihat para pemimpinnya tetap menjalin silaturahmi satu sama lain.

"Sehingga terjaga silaturahim kebangsaannya dan menjadi teladan bagi kita semua. Ya, semua mantan presiden kita yang masih ada," kata Dahnil.

Prabowo, kata Dahnil, berharap Indonesia sebagai bangsa besar para pemimpinnya bisa kompak, rukun, guyub memikirkan dan bekerja untuk kepentingan rakyat. Terlepas dari perbedaan pandangan politik dan sikap politik.

"Insyaaallah pada waktunya Pak Prabowo pasti bertemu secara bersamaan, duduk bersama dengan Pak Jokowi, Pak SBY dan Bu Megawati," ucap Dahnil.

Menurut Peneliti Senior Populi Center, Usep Saepul Ahyar, langkah Prabowo tersebut merupakan upaya rekonsiliasi. Tapi, ia mengaku pesimistis Klub Presiden RI bakal terwujud.

"Agak susah ya, karena melihat egoisme politik dari Presiden-Presiden sebelumnya," kata Usep kepada Liputan6.com, Kamis (2/5/2024).

Usep mengatakan, cara berpikir Prabowo adalah mengutamakan rekonsiliasi, harmoni, dan tidak ada oposisi. Di satu sisi, kata Usep, hal itu baik. Namun di sisi lain, kurang memberikan semangat oposisi.

"Menurut saya dibiarkan saja dalam konteks membangun oposisi dan kritik terhadap pemerintah. Jadi, tidak kooptasi semacam itu. Itu kan bentuk kooptasi agar menghilangkan kritik dan semangat oposisi."

Usep mengatakan, mungkin Prabowo ingin meniru Amerika Serikat yang memiliki Klub Presiden. Namun, di Negeri Paman Sam, setelah lengser para Presiden tidak lagi memiliki jabatan politis.

"Kalau di kita, mantan-mantan presiden memiliki jabatan politik penting di partainya (Ketua Umum, Ketua Majelis Tinggi). Ini berpotensi memunculkan konflik kepentingan satu sama lain, dan di antara agenda partai dengan agenda-agenda kenegaraan."

"Jadi, saya kira terlalu dipaksakan dengan kondisi politik saat ini. Membuat klub presiden itu menghabiskan energi saja. Lebih baik sistem kenegaraan saja yang berlaku. Misalnya pada acara-acara yang sudah berjalan, saya kira juga sudah cukup. Kita tahu ketika acara kenegaraan, sikap politik bisa terlihat. Banyak yang tidak datang, kalau tidak sejalan," pungkas Usep.

2 dari 6 halaman

Demokrat Sambut Positif

Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani, mengatakan partainya menyambut baik terkait rencana Prabowo yang ingin membentuk Klub Presiden RI.

Pemikiran ini, kata Kamhar, sudah berulangkali dipresentasikan oleh Prabowo.

"Didasari pemikiran agar para tokoh-tokoh terbaik bangsa yang pernah mengemban mandat rakyat sebagai Presiden bisa terus mendedikasikan diri dan pengabdiannya berupa pemikiran dan berbagi pengalaman dengan Presiden yang sedang menjabat, yang tentu saja ini akan semakin memperkaya perspektif sehingga diharapkan kebijakan yang dirumuskan dan diambil bisa lebih tepat dan optimal manfaatnya," kata Kamhar kepada Liputan6.com, Kamis (2/5/2024).

Selain itu, lanjut Kamhar, Klub Presiden RI ini juga diharapkan menghadirkan suasana yang teduh dan harmonis di masyarakat bilamana para pemimpin bisa intens berinteraksi dalam konteks sebagai tokoh bangsa dan negarawan.

Ini akan memberikan efek yang positif bagi rakyat menyaksikan para pemimpinnya rukun dan akur. Menanggalkan warna-warninya untuk merah putih.

"Mengesampingkan berbagai sentimen interpersonal demi rakyat, bangsa dan negara," ucap Kamhar.

PDIP: Banyak Hal yang Lebih Penting

Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Andreas Hugo Pareira mengatakan masih banyak hal yang lebih mendesak ketimbang membuat Klub Presiden RI.

Rakyat, kata Andreas, harus jadi prioritas.

"Urus dulu hal-hal yang urgent deh. Ada banyak hal lain yang lebih penting," kata Andreas kepada Liputan6.com, Kamis (2/5/2024).

Ia menjelaskan, ada baiknya pemerintah fokus mengurus rakyat, apalagi menuju kemarau dan ancaman kekeringan.

"Harga pangan yang melambung, nilai tukar rupiah yang terus melemah, itu lebih penting," tambahnya.

 

3 dari 6 halaman

Jokowi dan SBY Jadi Mentor Prabowo

Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menyatakan Joko Widodo dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi mentor andal Prabowo Subianto sebagai calon presiden terpilih pada Pilpres 2024.

"Prabowo punya mentor andal lagi selain Jokowi, yakni presiden ke-6 RI Soesilo Bambang Yudhoyono, yang keduanya sangat dihormati dan dikagumi oleh para pemimpin dunia," kata Jerry Massie seperti dilansir Antara.

Jerry mengemukakan hal itu terkait dengan Presiden RI Joko Widodo memperkenalkan Prabowo Subianto sebagai calon presiden terpilih dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong serta penerusnya, Wakil PM Lawrence Wong, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (30/4).

Menurut dia, langkah Jokowi perkenalkan Prabowo kepada pemimpin negara lain dinilai sebagai langkah yang baik. Selain untuk memudahkan kerja-kerja Prabowo kelak.

"Diperkenalkan Jokowi ada baiknya juga, apalagi ini masa transisi kekuasaan dari Jokowi ke Prabowo,” ujarnya.

Ia mengatakan bahwa Prabowo merupakan mantan Komandan Kopassus, memiliki hubungan baik dengan beberapa kepala negara, yang memudahkannya berkomunikasi di kancah internasional.

4 dari 6 halaman

Prabowo: Pak Jokowi Telah Lama Mempersiapkan Saya

Menteri Pertahanan (Menhan) RI sekaligus Presiden Terpilih 2024-2029, Prabowo Subianto mengakui jasa besar Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada dirinya.

Menurut dia, sejak kalah sebanyak dua kali pada kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019, Prabowo banyak belajar dari Jokowi hingga tidak menolak saat diajak masuk ke dalam kabinetnya di periode kedua.

“Beliau adalah seorang yang boleh saya katakan sangat teliti mungkin karena itu saya alah dua kali dari beliau. Kalau dua kali kalah berarti kita harus belajar dari orang yang benar,” kata Prabowo saat berpidato di acara Halal Bihalal di Kantor PBNU, Jakarta, Minggu (28/4/2024).

Prabowo menambahkan, apa yang telah dibangun dan dikerjakan Presiden Jokowi selama dua periode adalah pondasi kuat untuk rakyat Indonesia. Termasuk, menyiapkan dirinya sebagai penerus tongkat estafet kepemimpinan kepala negara.

“Karena itu strategi dan program yang sudah dirintis oleh Pak Jokowi dan pemerintahan beliau kami anggap adalah landasan fondasi yang sangat kuat dan kami akan membangun di atas pondasi itu. Maka dari itu betapa besar (jasa) Pak Jokowi yang telah mempersiapkan saya dan sampai sekarang pun beliau masih memperhatikan dan sekarang pun saya merasa diperhatikan benar-benar (oleh Jokowi),” ucap Prabowo.

Prabowo menjelaskan, hubungan antara dirinya dan Presiden Jokowi sudah makin akrab. Termasuk saat memanggilnya dengan nama sapaan dan bukan dengan jabatan menteri.

“Kemarin-kemarin saya masih dipanggil Menhan sekarang sudah lebih akrab Mas Bowo,” canda Prabowo.

Prabowo memastikan, akan terus mengikuti petunjuk dan arahan dari Presiden Jokowi. Contohnya saat kunjungannya ke Jepang dan China dan selanjutnya ke Timur Tengah.

“Kemarin saya ke Jepang dan Tiongkok atas petunjuk beliau dan sekarang akan ke Timur Tengah,” Prabowo menandasi.

5 dari 6 halaman

Mimpi SBY Naik Kereta Bareng Jokowi dan Megawati, Tiket Dibelikan Presiden ke-8 RI

Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhono (SBY) membagikan mimpinya, yakni naik kereta bersama Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri.

Mimpi itu dia bagikan di akun resmi Twitternya @SBYudhoyono, pada pukul 14.42 WIB, Senin (19/6/2023).

"Saya bermimpi, di suatu hari Pak Jokowi datang ke rumah saya di Cikeas untuk kemudian bersama-sama menjemput Ibu Megawati di kediamannya. Selanjutnya kami bertiga menuju Stasiun Gambir," kata SBY.

SBY menyampaikan dalam mimpi tersebut, tepatnya saat sampai di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat mereka bertiga sudah ditunggu Presiden kedelapan RI. Bersama Presiden kedelapan RI itu, mereka menyempatkan diri minum kopi sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan.

"Di Stasiun Gambir, sudah menunggu Presiden Indonesia Ke-8 & beliau telah membelikan karcis kereta api Gajayana ke arah Jawa Tengah & Jawa Timur," tutur SBY.

Lebih lanjut, pada utasnya itu SBY menyebut usai minum kopi bersama Presiden RI kedelapan, ketiganya melanjutkan perjalanan naik kereta api Gajayana.

"Di perjalanan, kami menyapa rakyat Indonesia dengan hangat. Rakyat yang pernah kami pimpin dengan penuh kesungguhan hati. Memimpin bangsa yang tak pernah sepi dari tantangan," ujar SBY.

Ketika kereta api Gajayana yang mereka naiki akhirnya sampai di Solo, SBY menyebut dia dan Jokowi turun di Solo.

SBY menyampaikan, ia melanjutkan perjalanan ke Pacitan, Jawa Timur dengan naik bus. Sementara Megawati melanjutkan perjalanan ke Blitar, Jawa Timur

"Sampai di Solo, Pak Jokowi dan saya turun dari kereta. Pak Jokowi kembali ke kediamannya, saya terus ke Pacitan dengan bus. Sedangkan Ibu Megawati melanjutkan perjalanan ke Blitar untuk berziarah ke makam Bung Karno," kata SBY.

6 dari 6 halaman

Infografis Pertemuan Prabowo dengan Megawati, SBY dan Jokowi